Rebecca, dia sudah kembali dari rumah sakit jiwa Rothers. Hal itu membuat kegemparan di sekolahnya, karena menurut isu yang tengah beredar Rebecca akan kembali diterima menjadi siswi SMA Clefwerg. Salah satu siswi yang pernah terkena akibat dari ketidakwarasan Rebecca sekitar 4 bulan yang lalu saat Rebecca mencekik dan hampir membuatnya mati, mulai diserbu rasa ketakutan yang luar biasa.
“Lebih baik aku yang keluar dari sekolah ini kalau sampai Rebecca benar-benar kembali” ucap Julie di hadapan teman-temannya.
“Julie, aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu saat ini, tapi aku rasa Rebecca, sudah waras. Kau dengar apa yang telah ditegaskan Mr. Portman? Rumah sakit Jiwa itu berani menjamin kalau Rebecca sudah benar-benar sembuh” jelas Cindy yang mencoba menenangkan perasaan Julie.
“Ku rasa Cindy memang benar. Kau tak perlu terlalu cemas” Katherina mencoba membuat perasaan Julie lebih tenang.
“Baiklah. Kapan dia kembali ke sekolah?” tanya Julie.
“Besok!” Cindy dan Katherina menjawab bersamaan.
“Oh, tidaaak” Julie berteriak menenggelamkan wajahnya di bantal.
♥♥♥
Teeet…teeett. Bel rumah Hans berbunyi menandakan kedatanagn seseorang. Hans yang saat itu sedang asik bermain games di kamarnya terpaksa turun kebawah untuk membuka pintu. Wajah Hans yang saat itu cemberut berubah seketika ketika mengetahui bahwa Julie_kekasihnya lah yang datang saat itu.
“Hai, sayang. Kenapa kau tidak menelepon dulu dan memberitahuku bahwa kau ingin datang kemari?” tanya Hans setelah mempersilahkan Julie duduk.
“Aku hanya ingin membuat kejutan saja untukmu. Apakah aku mengganggu?”
“Oh, tentu saja tidak. Kau mau minum apa? Biar aku buatkan”
“Air putih saja” jawab Julie.
“Baiklah kau tunggu saja di sini, aku ke dapur dulu”
Saat Hans sedang ke dapur, Julie berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa keputusannya kali ini benar. Dia harus memutuskan hubungannya dengan Hans hari ini juga. Sekembalinya dari dapur, Hans menangkap raut kegundahan di wajah Julie.
“Minumlah” tawar Hans.
“Ya”
“Ada apa? Pasti ada sesuatu yang ingin kau bicarakan. Sesuatu yang penting, benarkan?” tanya Hans kepada Julie, ketika Julie sudah meneguk air putihnya.

“Pasti kau sudah tau kabar tentang Rebecca yang besok akan kembali?” Julie memberanikan diri memulai pembicaraan.
“Ya. Semua orang di sekolah mengetahui itu. Lalu, apa kau khawatir akan kembalinya Rebecca di sekolah kita?”
“Entahlah. Aku benar-benar takut, Hans. Aku… hmm lebih baik kita putus..”
“Julie, ketakutanmu itu berlebihan! Aku sangat yakin Rebecca sudah benar-benar sembuh, dan dia sudah melupakanku, melupakan kebenciannya terhadapmu!” bentak Hans.
“Hans! Kau tau? Aku yang paling dirugikan dalam hal ini, kau bisa tena yang bng karena Rebecca tidak akan mencelakaimu. Akulah yang akan dicelakakannya! Hans, maafkan aku, aku ingin kita putus. Tolong, aku mohon” pinta Julie.
“Baiklah, begini saja, kita tidak harus memutuskan hubungan ini. Tapi, kita hanya berpura-pura dan mengaku putus di depan temmman-temanmu dan teman-temanku. Juga di depan Rebecca. Julie, aku mencintaimu. Sedikitpun aku tidak ingin putus denganmu”
“Ya, ku rasa itu ide yang bagus”
♥♥♥
Perpustakaan SMA Clefwerg pada jam istirahat sekolah sedikit demi sedikit mulai dipadati siswa dan siswi yang ingin membaca ataupun hanya sekedar mencari ketenangan. Julie yang sedang sibuk mencari referensi buku untuk menyelesaikan tugas dari Mrs. Gwen tiba-tiba dikejutkan oleh seseorang yang menyapanya dan duduk di sebelahnya.
“Hai, Julie!” sapa seseorang itu dengan sedikit berbisik.
Julie menoleh dan terkejut ketika didapatinya seseorang yang menyapa dirinya itu adalah Rebecca.
“Rebecca! Apa kabar ? Sedang apa kau di sini?” tanya Julie berpura-pura tenang.
“Aku hanya ingin meminta maaf padamu, maafkan aku. Julie. Aku tau kejadian itu membuatmu takut padaku. Benarkan?” sesal Rebecca.
“Rebecca, aku sudah lama memaafkanmu hanya saja aku takut kau… kau akan mengulanginya” ungkap Julie.
“Julie, aku berjanji tidak akan mengulanginya, terima kasih kau sudah memaafkanku. Ku harap hubunganmu dan Hans selalu baik-baik saja”
Setelah itu Rebecca mengakhiri pembicaraannya dengan Julie dan beranjak pergi dari perpustakaan seraya tersenyum kecil kepada Julie. Julie membalas senyuman itu dan merasa lega karena tidak terjadi hal buruk seperti apa yang dibayangkannya ketika Rebecca kembali ke sekolah. Julie pun menemui Cindy dan Katherina untuk menceritakan pertemuannya dengan Rebecca di perpustakaan tadi. Lalu, dia menelepon Hans untuk mengatakan bahwa dia dan Hans tidak harus berpura-pura putus.
Dua minggu setelah itu, Rebecca menghubungi Julie melalui ponselnya. Rebecca mengutarakan niatnya untuk menyampaikan suatu hal yang amat sangat penting. Rebecca meminta Julie untuk menemuinya di taman kota hari itu juga.
“Ada apa, Rebecca?” tanya Julie sesampainya di taman kota.
“Kau dan Hans belum putus bukan?”
“Ya. Hubungan kami masih baik-baik saja”
“Kau tau siapa orang yang duduk di sana?” Rebecca menunjuk ke arah seorang laki-laki dan perempuan yang sedang duduk bermesraan di salah satu kursi di taman kota itu.
“Sepertinya aku mengenalinya” Julie menyipitkan mata untuk memperjelas pandangannya. “Astaga, itu Hans! sedang apa dia di sana? bersama siapa dia?” Julie berjalan bergegas diiringi Rebecca dibelakangnya menuju kedua orang itu.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar